Tuesday, January 23, 2018

Jerman Berikan Kursi Peringkat Ketiga Terbanyak Bagi Partai Anti ISLAM

Meski kubu Angela Merkel memenangi pemilu, kelompok kanan anti Islam berhasil menjadi partai ketiga terbesar di parlemen.
Angela Merkel akan menjabat sebagai Kanselir Jerman untuk keempat kalinya sebagai hasil pemilu yang berlangsung akhir pekan lalu. Namun hasil exit poll menunjukkan juga bahwa, partai nasionalis radikal anti Islam, AfD, meraih lonjakan suara yang bersejarah dan akan berhasil mendapatkan kursi untuk pertama kalinya.
Koalisi konservatif Uni Demokratik Kristen (CDU) dan Uni Sosial Kristen (CSU) yang mendukung Markel mendapatkan perolehan suara terburuk sepanjang 70 tahun terakhir. Namun mereka akan tetap menguasi parlemen.
Suara rendah juga diraih partai Sosial demokrat (SPD). Partai yang tadinya turut mendukung Merkel itu menyatakan akan beralih menjadi oposisi.

Alternatif fuer Deutschland (AfD), partai nasionalis sayap kanan memenangkan kursi pertama mereka sejak Perang Dunia II. Mereka akan menjadi partai terbesar ketiga di parlemen, dengan perolehan yang lebih besar dari dua partai kiri Partai Hijau, dan Die Linke.
Hasil ini disambut protes dari sejumlah kelompok.
Lusinan pengunjuk rasa berkumpul di luar kantor pusat partai sayap kanan anti-Islam itu di Berlin. Sebagian dari mereka membawa poster bertuliskan, "Pengungsi dipersilakan datang".
Demonstrasi serupa juga berlangsung di Frankfurt dan Koeln.

Apa dampak hasil pemilu itu untuk Merkel?

Walaupun koalisi pendukung Merkel tetap menjadi yang terbesar di parlemen, raihan suara mereka, jika akhirnya terkonfirmasi, merupakan yang terburuk sejak 1949, ketika CDU dan CSU berkoalisi untuk pertama kali dalam Pemilu pertama yang digelar setelah Perang Dunia II.
Kepada para pendukungnya, Merkel yang telah 12 tahun memegang jabatan kanselir sebenarnya berharap mendapatkan hasil yang lebih baik.
Merkel mengatakan, dia akan menyimak seluruh kecemasan, kekhawatiran, dan kegelisahan para pemilih AfD. Ia bertekad memenangkan kembali suara mereka.
Merkel menyebut bahwa ke depan pemerintahannya perlu menegoisasikan isu perekonomian, keamanan dan akar persoalan migrasi--salah satu pemicu raihan positif AfD pada pemilu kali ini.
"Hari ini kami mendapatkan mandat untuk memikul tanggung jawab pemerintahan. Kami akan menjalankannya secara tenang dan tentunya mengajak para sekutu kami untuk berdiskusi," ujar Merkel.
Koresponden BBC di Berlin, Jenny Hill, menilai hasil pemilu itu sebagai bencana bagi Merkel. Jenny berkata, Merkel mendapatkan konsekuensi atas kebijakan menerima hampir 900 ribu imigran dan pengungsi tak berdokumen.

Apa opsi koalisi yang dimiliki Merkel?

Hasil exit poll menunjukkan partai sosial demokratik (SPD) yang dipimpin Martin Schulz juga meraih suara terburuk sejak 1949.
Schu
lz menyebut hasil itu akan menjadi akhir dukungan partainya terhadap koalisi besar yang mengusung Merkel.
"Ini adalah hari yang sulit dan getir bagi pendukung sosial demokrat di Jerman. Kita tidak mencapai target," kata Schulz kepada para suporternya.
Karena peluang berkoalisi dengan SPD tertutup, proses Merkel membangun koalisi baru diperkirakan akan memakan waktu berbulan-bulan.
Perkiraan itu berkaca pada enam partai yang akan masuk ke parlemen Jerman, jumlah terbesar sejak dekade 1950-an.
Skenario yang paling memungkinkan adalah koalisi 'Jamaika'. Istilah itu merujuk pada warna bendera partai pengusung koalisi itu: hitam untuk CDU/CSU, kuning untuk partai ramah bisnis Partai Liberal Demokrat (FDP) yang kembali ke parlemen setelah empat tahun, dan hijau untuk Gruene, Partai Hijau.
Koalisi ini bukannya tanpa cela. Gruene ingin agar 20 pembangkit listrik tenaga batu bara di seluruh Jerman ditutup. FDP tidak menyetujui hal itu.
Namun menurut televisi nasional Jerman, ZDF, formasi koalisi enam partai itu adalah garansi bagi koalisi itu untuk menguasai badan legislatif Jerman, Bundestag.
Semua partai saat ini menolak bekerja sama dengan AfD.

Lalu bagaimana dengan AfD?

AfD selama ini selalu menyerang kebijakan Merkel terkait isu migran dan pengungsi dari negara yang dilanda perang, terutama negara Islam seperti Suriah.
Program yang diusung AfD sangat anti-migran dan anti-Islam. Mereka pernah mengusulkan larangan pendirian menara masjid dan menganggap Islam tidak sesuai dengan tradisi Jerman.

Selain itu, beberapa kandidat dari AfD juga dikaitkan dengan beragam pernyataan bernuansa sayap kanan.
Tokoh terkemuka AfD, Frauke Petry, mengunggah pernyataan di Twitter, bahwa Jerman berpengalaman menghadapi guncangan politik. Raihan suara AfD lebih besar dibandingkan perkiraan sejumlah lembaga survei.
Sementara itu, Beatrix van Storch, salah satu petinggi AfD, berkata kepada BBC bahwa hasil pemilu akan mengubah sistem politik Jerman. Menurutnya, parlemen hasil pemilu memberikan suara yang menurutnya tidak terwakili di parlemen sebelum ini.
"Kami akan mulai mendebatkan isu migrasi, dan mendebatkan isu Islam."
AfD mendorong aturan pemberian suaka yang lebih ketat untuk membatasi penyalahgunaan sistem, serta melakukan seleksi khusus terkait pendatang
ari negara-negara yang selama ini dianggap aman.


source: bbc.com
© BACABI ONLINE
Maira Gall